Nusantara adalah negara yang kaya akan cerita rakyat, mitos maupun legendanya. Masa kecil dulu sebelum berkembangnya teknologi, orang tua maupun nenek kakek sering sekali menuturkan cerita-cerita rakyat sebagai pengantar tidur maupun sebagai penyampaian pesan supaya mudah dipahami oleh anak cucunya. Namun sadarkah kita akan adanya makna atau pesan dalam cerita mitos maupun legenda yang sering mereka tuturkan itu. Orang tua atau nenek kakek yang sudah merasakan asam garamnya kehidupan seringkali menyampaikan atau mempresentasikan pengalaman maupun pengetahuan kepada anak cucu mereka yang belum dewasa secara rohani lewat perumpamaan yaitu cerita-cerita mitos ataupun legenda supaya mudah untuk dipahami. Namun sampai sekarang masyarakat kita kadang menelan mentah-mentah mitos atau legenda yang di dengar seakan-akan mitos atau legenda tersebut memang benar adanya atau terjadi di zaman dahulu. Inilah bentuk ketidakdewasaan kita (secara rohani), pikiran tidak berevolusi dalam peningkatan kesadaran.
Salah satu contoh cerita mitos yang ingin penulis kupas makna nya adalah cerita tentang Manik Angkeran, cerita rakyat berasal dari Bali. Diceritakan secara garis besarnya, Manik Angkeran adalah anak dari seorang brahmana sakti yang bernama Sidhimantra. Karena ingin mendapatkan uang cepat tanpa bekerja keras dia pun memilih untuk berjudi. Tidak ada orang yang kaya karena berjudi, Manik Angkeran pun malah berhutang banyak. Untuk melunasi hutang yang semakin menumpuk, Manik Angkeran putus asa sehingga terdesak mencuri harta ayahnya Sidhimantra untuk melunasi hutangnya tersebut. Melihat tingkah buruk anaknya itu, Shidimantra pun menasehati untuk tidak berjudi lagi. Namun tidak ada segan nya Manik Angkeran tetap berjudi dengan menjual harta ayah nya terus menerus sehingga harta yang dimiliki pun habis terjual. Harta habis dan hutang menumpuk lagi. Tidak bisa menghadapi masalahnya sendiri, Manik Angkeran merengek-rengek kepada ayah nya untuk di bantu mencari jalan keluarnya. Sidhimantra pun tidak tega melihat keadaan anaknya seperti itu dan karena sayangnya dengan anak semata wayangnya akhirnya Sidhimantra meminta petunjuk kepada Dewata. Sidhimantra mendapatkan bisikan gaib untuk bertemu dengan naga Basuki di gunung Agung dan meminta sedikit harta untuk membayar hutang.
Singkat cerita Sidhimantra melakukan perjalanan ke gunung Agung dan sampai disana dia membunyikan genta sesuai dengan petunjuk yang dia dapat supaya naga Basuki mendengar nya dan keluar. Mendengar masalah yang sedang menimpa Sidhimantra, naga Basuki pun membantunya memberikan sejumlah emas dan batu permata. Sekembalinya dari gunung Agung, Sidhimantra menyerahkan emas dan batu permata tersebut kepada Manik Angkeran. Bukannya untuk membayar hutang dulu, Manik Angkeran malah menggunakannya untuk berjudi juga. Harta dari naga Basuki pun habis dan kembali Manik Angkeran berhutang dan dikejar-kejar orang. Lagi, Manik Angkeran merengek-rengek kepada Ayah nya, namun kali ini Sidhimantra tidak bisa membantu karena sudah kecewa dan sakit hatinya terhadap anak semata wayang nya itu.
Manik Angkeran bingung, dan di saat dia melamun tiba-tiba matanya tertuju pada sebuah genta. Karena penasaran Manik Angkeran pun membawa genta tersebut ke pasar untuk dijual. Setiba di pasar dia menjumpai teman nya, melihat genta yang dibawa Manik Angkeran, teman nya pun mengatakan kalau itu genta ajaib yang digunakan untuk memanggil naga Basuki yang tinggal di gunung Agung. Seketika Manik Angkeran menyadari darimana emas dan batu permata yang didapat oleh ayah nya itu. Tanpa membuang waktu Manik Angkeran bergegas menuju gunung Agung.
Berhasil menemui naga Basuki, Manik Angkeran pun menceritakan bahwa dia anak dari Sidhimantra dan ingin meminta harta naga Basuki lagi untuk membayar hutang. Karena dipikir hutang yang dulu belum lunas, naga Basuki pun membantunya dan masuk ke dalam untuk mengambilkan emas dan batu permata. Namun tanpa disadari, Manik Angkeran diam-diam mengikuti naga Basuki ke dalam. Melihat banyak nya tumpukan emas dan permata timbul lah niat jahat Manik Angkeran yang ingin membunuh naga Basuki dan menguasai hartanya. Ia menghunus pedang dan menyabetkannya ke tubuh Naga Basuki. Naga Basuki sangat marah dan menyemburkan api dari mulutnya. Manik Angkeran ketakutan dan berusaha melarikan diri, namun Naga Basuki dengan mudah menangkapnya. Manik Angkeran pun terbakar api yang keluar dari mulut Naga Basuki dan tubuhnya menjadi abu.
Sementara itu, Sidhimantra yang kehilangan gentanya, menyusul ke Gunung Agung. Ia yakin Manik Angkeran yang mencurinya. Sesampainya di Gunung Agung, Sidhimantra melihat tubuh anaknya yang telah menjadi abu. Dilihatnya Naga Besukih menggeliat-geliatkan tubuhnya dan mulutnya terus menyemburkan api. Melihat kedatangan Sidhimantra, naga Basuki menceritakan kejadiannya. Kemudian Sidhimantra pun meminta kesempatan untuk anaknya bisa dihidupkan kembali. Melihat Sidhimantra yang memelas, naga Basuki iba dan menghidupkan kembali Manik Angkeran dengan syarat Manik Angkeran tidak boleh pulang dengan ayah nya dan tinggal bersama naga Basuki untuk di didik menjadi orang yang baik dan berilmu.
Melihat dirinya yang kembali hidup, Manik Angkeran pun meminta maaf dan berjanji tidak mengulangi lagi kelakuan buruknya. Melihat penyesalan anaknya Sidhimantra pun memaafkannya, namun dia harus meninggalkan Manik Angkeran bersama naga Basuki, sehingga Sidhimantra mengeluarkan tongkat dan membuat garis yang memisahkan dirinya dengan anaknya. Tiba-tiba dari garis itu keluar air yang makin lama makin deras. Gunung Agung pun terpisah dari sekitarnya. Genangan air itulah yang kemudian dikenal dengan selat Bali yang memisahkan Pulau Bali dan Pulau Jawa.
Demikian lah ringkasan cerita dari Manik Angkeran. Disini kita belajar memahami sesuatu dari sisi konteks nya bukan menelan mentah-mentah konten yang kita dengar maupun yang kita baca. Seperti contoh cerita diatas, kita kebanyakan akan fokus dengan tercipta nya selat Bali dan melewatkan pengetahuan atau pemahaman hidup yang bisa dipelajari. Pemahaman yang dapat diuraikan adalah bahwa karakter pemalas bisa memicu hal-hal yang tidak baik terjadi ke depan nya, salah satunya perbuatan buruk mencuri, karena rasa malas seseorang memilih jalan pintas untuk mendapatkan uang. Berjudi tidak akan membuat mu kaya tetapi menderita, kesempatan berbenah yang diberikan berulang kali selalu disia-siakan sehingga selain merugikan diri sendiri juga orang lain. Keserakahan akan menimbulkan kehancuran pada akhirnya.
Kalau ada yang mau menambahkan lagi pemahaman dari cerita diatas, silahkan komen dibawah ini.
Terima kasih!