me-on-lombok's-watefall

Diam, Menikmati

Celotehan pikiran oleh mulut yang membisu

Setiap individu pasti mengalami fase dimana dia tidak tahu harus berbuat apa, harus melakukan tindakan apa. Masalah yang di hadapi pun berbeda-beda, sehingga pengalaman yang kita miliki juga berbeda. Masalah dan pengalaman yang berbeda tentunya akan menangkap pengetahuan yang berbeda pula. Belajar dengan pikiran terbuka, tidak hanya melihat dari sudut pandang tempat mu berdiri tetapi juga memahami sudut pandang orang lain. Ingat selalu bahwa dunia ini memiliki banyak sisi sebagai tempat untuk memandang. Belajar adalah untuk digunakan sebagai perkembangan diri sendiri bukan untuk mendebat pengetahuan orang lain. Setiap orang memiliki cerita hidup yang berbeda sehingga tidak bisa kita samakan apalagi memaksa mereka agar menempuh jalan yang sama dengan jalan yang kita tempuh untuk mencapai sebuah kesadaran.

Pikiran belum bisa hening, setidaknya saat ini kita bisa diam dan menikmati. Kita tidak tahu harus berbuat apa, tidak mengerti bertindak bagaimana, bingung harus mulai darimana, itulah saatnya kita diam, mengalami ketidaktahuan itu dan menikmatinya. Tentunya pikiran akan menolak, bising untuk mencari jawaban. Disinilah kita belajar mengendalikan pikiran dan itu tidak mudah. Namun dengan mengalami dan menikmatinya, kita sesungguhnya sudah dan sedang belajar. Dari hal-hal kecil, nikmati apa yang ada dan syukuri apa yang kita miliki. Kelihatan sederhana namun bukan hal yang bisa dirangkai untuk rasa syukur itu bertumbuh, bukan sebatas ucapan tapi direpresentasikan oleh sikap dan pola pikir.

Pikiran perlu diberi pelajaran dengan dihadirkannya peristiwa-peristiwa (yang diyakini sebagai ujian) supaya ia (pikiran) bisa mendapatkan pengetahuan yang diperlukannya saat itu untuk bisa memperluas kesadarannya. Bagaimana manusia bisa melunturkan ego nya kalau tidak dihadirkan peristiwa-peristiwa, bagaimana pikiran bisa belajar kalau manusia hanya mengecap manisnya kehidupan. Kadang yang diberi hantaman-hantaman pun sulit untuk belajar dan memaknai, terjebak dengan ego nya sendiri. Lunturnya ego dan menerima apa pun yang hadir dalam pengalaman hidup (baik atau buruk) adalah bahwa kamu sudah mengalami rasa syukur itu. Apa yang membuat mu bisa melunturkan ego dan menerima hal baik maupun buruk yang hadir, ialah kesadaran dimana pikiran berevolusi dengan pengetahuan-pengetahuan dari peristiwa-peristiwa yang dilalui termasuk pengalaman bathin nya, memahami makna lebih mendalam atas yang datang dan pergi, memahami konsekuen atas tindakan yang dilakukan baik bagi diri sendiri maupun lingkungan. Lebih dari itu, kesadaran sangatlah mencangkup pemahaman yang luas, tergantung siapa yang mengalami dan berada di fase mana dalam kehidupannya.

Silahkan isi kolom komentar bagi kalian yang ingin berbagi tentang fase-fase kehidupan yang telah dilalui dan kesadaran yang telah di sadari.

Terima kasih!

Share this post

Scroll to Top